Senin, 01 Oktober 2018

Bahagia Semanis Fruit Tarlet di Hari Minggu

Purwokerto, 1 Oktober 2018

Alhamdulillah masih diberi umur memasuki bulan baru.. Boleh ya cerita yang manis-manis dulu hihi. Ternyata ada perbedaan antara definisi bahagia sebelum menikah dan sesudah menikah. Dulu sebelum menikah mikirnya tuh seru kali ya kalau udah nikah bisa jalan-jalan pas weekend sama suami, tahunya eh setelah menikah bubar jalan itu semua khayalan haha. Kenapa? Suaminya ngga mau diajak jalan ya?

Bukan begitu sih.. Pernah suatu hari libur kita ke tempat wisata niatnya sih lihat pemandangan yang hijau-hijau.. Sesampainya disana eh.. Setelah foto-foto sekali dua kali kemudian mati gaya. Setelah menapaki jalan menanjak kami lapar. Setelah makan, duduk beberapa menit di kursi taman dan merasa nyaman. Alhasil ngantuk luar biasa dan pada akhirnya kami memutuskan untuk pulang dan tidur. Aneh sih haha..

Ketika bangun tidur indah curhat : "Mas, Aku dulu mikirnya seru yaa abis nikah tuh bisa jalan-jalan sama suami kemana-mana taunya cape sendiri haha". Tak disangka, "lah Mas dulu juga mikirnya gitu jalan-jalan sama istri taunya ngobrol di rumah juga seru ya", jawab Suami. Memang pada dasarnya kami pasangan yang lebih suka quality time di rumah haha.

Alhasil semakin kesini kami lebih menikmati quality time di rumah. Bahagia kami sederhana. Ketika bisa baca buku bersebelahan bersama. Ketika bisa nonton film bersama. Ketika bisa memasak dan makan bersama.. Ternyata menjadi bahagia itu sederhana, sesederhana mensyukuri apa yang kita miliki..

Fruit Tarlet ala Indah&Reza

Seperti halnya hari minggu kemarin.. Bahagia itu sederhana dan manis. Semanis fruit tarlet  yang kita buat sama-sama ya Mas meskipun bentuknya penyot penyot ๐Ÿ˜ Apa pun kegiatannya, Dimana pun kita berada, Kapan pun aktivitasnya as long as we are together I always be the happiest woman in the world ๐Ÿ’—


Selasa, 25 September 2018

Berbeda

Purwokerto, 25 September 2018

Melepas penat sepulang kerja di meja makan, makan malam kami seringkali diwarnai dengan obrolan santai. Isu-isu viral di masyarakat menjadi salah satu santapan kami di meja makan. Suami membuka obrolan dengan berita duka dari dunia sepak bola : kematian seorang suporter klub sepak bola Ibu Kota akibat perilaku konyol oknum-oknum yang mengatasnamakan cinta sepak bola.

Kami menyayangkan terjadinya peristiwa makin marak terjadi ini. Bertengkar karena sepak bola. Mengapa peristiwa konyol itu harus tejadi? Ditengah diskusi kami, salah satu gurunda kami mengingatkan dalam statusnya. Gurunda kami Ust. Harry Santosa mengingatkan kita semua untuk berhenti menebar sampah kebencian. Ya, sampah-sampah itu menjadi virus yang turut menjangkiti kaula muda kita. Merasuki mereka berbuat tindakan konyol tersebut hanya karena perbedaan.

Kami merenung bersama rasanya ini bukan pada sepak bola saja. Kini marak, seorang perempuan mem-block media sosial teman lamanya karena perbedaan. Perempuan ini memutuskan menjadi Ibu Rumah Tangga mengabdi pada Suami, mendekat pada anak-anaknya. Namun sayang ia tak kuasa melihat temannya yang bekerja di ranah publik seringkali posting bertema plesiran. Perempuan itu merasa temannya sombong tidak menghargainya yang tidak mampu plesiran. Dengan mudahnya ia mem-block temannya itu, merasa tidak dipahami tanpa memahami. Padahal kita tidak pernah tahu tekanan yang dirasakan temannya itu : merindukan anak saat bekerja, merindukan bincang penuh tawa saat makan atau hal sederhana yang dimiliki Ibu Rumah Tangga.

Ada dua teman saya yang bertengkar karena berbeda sudut pandang dalam menilai suatu hal. Padahal keduanya tidak melihat hal  tersebut secara langsung. Si A berkata : "X itu begini katanya" dan si B berkata : "X itu begitu katanya". Hualah bertengkar karena suatu hal yang tidak berdasar.

Padahal kami berdua pun berbeda. Beda karakter beda kelakuan beda pemikiran beda semua๐Ÿ˜ Tapi mas yang ajarin aku juga kalau perbedaan itu adalah suatu ketetapan. Dalam beda kita saling melengkapi ya mas. Selama perbedaan kita bukan hal yang prinsip is OK lah yaa..

Dalam diskusi kami suami mengingatkan untuk tidak banyak berbicara ketika kita tidak tahu tapi mencari tahu menilai sesuatu dari sudut pandang yang utuh untuk kemudian mengambil sikap. Diakhir pembicaraan satu pesan cinta terselip: "Ketika sayang menemukan seseorang yang berbuat salah. Benci perilakunya jangan benci orangnya".

Iya sayang jadi kalau nanti aku salah mas ga akan benci sama aku kan? Kalau istrinya nyebelin senggol sayang aja ya sambil diingetin.. Ya mungkin aku akan belajar dengan kesalahan itu. Sambil didoaakan semoga aku berubah. Berubah jadi power ranger? Haha yakalii.. Doakan aku semoga jadi lebih baik ya mas ๐Ÿ™‚

Jumat, 13 April 2018

A Review : Wedding Vendor

Bandung, 13 April 2018

It's been 3 months after the wedding day! Alhamdulillah..

Hari ini mau sharing sih hecticnya pilih wedding vendor dan pesan kesan setelah acara 💕💕💕

Wedding preparation kami singkat sih kurang lebih tiga atau empat bulanan dari pertengahan september sampai dengan akhir desember sampai akhirnya menikah di awal januari. Dari september itu mulai budgeting kira-kira abis berapa duit. Alhamdulillah kami ga banyak ribut urusan konsep nikah karena kami satu frekuensi bahwa resepsi itu menyebarkan kabar bahwa kami sudah menikah, menjamu tamu dengan baik sesuai kemampuan kami. Jadi minim pretelan rempong.

Habis budgeting kita survey survey gedung awalnya niat di PT. Inti karena parkiran luas tapi gedungnya agak kecil. Bisa sih pake tenda tambahan di samping tapi malah jadi high cost jatuhnya. Trus pindah ke peta park, tanggal cocok venuenya juga bagus tapi parkiran sempit, undangan sangat terbatas kalau ada keluarga yg bawa anak malah takut ngga nyaman karena sistem ticketing di peta park. Lokasi make up nya juga jauh. Yakali manten jalan jauh 😂. Tapi yang bikin ngga jadi di venue ini karena harus tambah panggung pelaminan plus ac kalau siang. Tambah tambah malah high cost. Peta park ini bagusnya buat yang konsep acaranya mingle di malam hari. Akhirnya pilihannya menciut ke daerah soetta. Gedung LEN udah ngga di sewa katanya pilihan yang harganya masih masuk budget itu puri suryalaya ,hotel lingga sama hotel bumi asih. Puri Suryalaya itu outdoor cantik banget tapi berhubung januari rawan hujan jadi yaa cari aman aja lah ya, lagian kalau di puri tetep harus nambah panggung sama tenda jadi tetep high cost harganya. Hotel Lingga itu fasilitas lengkap tapi ceilingnya rendah. Jadi berasa pengap gitu padahal ngga. Dibandingkan dengan hotel bumi asih, masih mending hall nya bumi asih. Strategis, fasilitas lengkap, masuk budget plus dapet wedding room. Cucook. Manajemennya pun baik banget. Thanks to Mr. Karsono.

Nah berhubung persiapan kami mepet, kami prefer wedding package aja. Alhamdulillah kami dipertemukan dengan teh fitri dari hasil survey yippi ! Teh fitri ini ownernya safitri catering sekaligus one stop wedding service safitri wedding service. Akhirnya jatuh pilihan ke packagenya safitri wedding service. Kenapa? 1. Sesuai budget 2. Pake sistem gramasi 3. Test cateringnya masuk di lidah. Sesuai budget kami ini sih, paketnya ngga kaku bisa kita kurangin atau tambah dan vendornya dipilihin yg terbaik di kelas yang sesuai budget kita. Inget ada uang ada barang.

Sistem gramasi itu apasih? Aku anaknya ngeselin sih ya haha detail banget. Suka bingung kalau ke catering hitungan per porsi itu kaya apa ya? Gimana cara ngecek itu seratus porsi? Seribu porsi? Kalau stall sama dessert pasti itungannya kan piring ya? Kalau buffet? Iya misal kita pesan 800 porsi, apa iya 800piring? Kalau yang dateng ternyata 900 orang dan pakai 900 piring itungannya jadi 900 piring dong? Nambah 100 piring diakhir jangan jangan. Nah kalau di safitri catering pake sistem gramasi jadi kalau seribu porsi jadi sekian kg nasi, sekian kg daging dst. Jadi gampang ngeceknya. Ini nih salah satu kelebihannya safitri catering dengan skema gramasi. Detail sekali saat serah terima catering.

Kalau urusan rasa sih masuk di lidah, mesti pinter juga pilih menu match ngga sama lidah tamu. Ini selera sih ya bisa dicobain sendiri.

Nah safitri wedding service itu ngga cuman provide catering tapi lebih ke wedding planner juga. Nah pas 3 bulan bolak balik setelah deal ini aku bawel banget sih. Soalnya mepet banget kan persiapannya. Pihak safitri wedding service itu udah bikin schedulling sih tapi mesti di cek juga match ngga sama jadwal kami. Kadang pilih pilih vendor diluar catering juga butuh waktu buat komparasi dan itu ngga terjadwalkan. Dasar konsumen detail dan bawel hampir tiap minggu di bulan pertama setelah deal kantor safitri buat make sure everything is on the track. Bahan rapat buat lamaran di bulan oktober soalnya. Sempet bikin orang kantor emosi jiwa juga sih kami sebagai konsumen, but they did it well. Good job teh fitri and team! Akhir november akhirnya terpilih vendor vendor berikut:

Wedding Package by Safitri Wedding Service
Catering      : Safitri Catering
Venue         : Hotel Bumi Asih Jaya
Decoration   : Win Decor
WO            : SM Wedding Organizer
MUA           : Deasy Make Up / Deasy Fillah
Attire         : Deasy Make Up & Belva
MC             : Andy Gustiyan
Music          : Enter Music
Video&Photo : Bambu Project
Traditional Ceremony : Campernik
Invitation Card : Little Blue Invitation

Daaan semua vendornya memuaskan 💕💕 We would like to say BIG THANKS for our amazing vendor. Dengan budget yang kami anggarkan, niatnya sih sederhana taunya jadi semewah dan meriah sekali. Alhamdulillah..

Rabu, 21 Maret 2018

aku udah nikah, kamu kapan?

Purwokerto, 21 Maret 2018

Long time no post ! Menangkap isu menarik pagi ini. Dan dari sudut pandang yang sudah menikah hanya ingin sedikit berbagi kisah.

Kadang ada rasa kikuk ketika setelah menikah berkumpul dengan yang belum menikah, kemudian ada yang nyeletuk: tuh mereka udah nikah, lo kapan? menunjuk salah satu teman kami yang belum menikah. Yang ditunjuk hanya bisa menunduk canggung. Dalam hati hanya bisa bergumam: siapa sih yang ngga ingin menikah?

Setiap orang punya alasan kenapa belum menikah. Ada yang ngerasa belum siap. Ada yang siap belum ketemu si dia. Ada yang bilang belum punya tabungan. Macem macem lah. Well, let me tell you bahwa kita ga akan pernah siap untuk menikah. Hal yang paling logis untuk kita lakukan adalah mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri untuk apa?

Mudah-mudahan diri ini salah menangkap maksud ya. Kadang kalau abis girls talk itu suka merasa ada yang salah kaprah memahami tentang menikah. Mau nikah ya persiapan lah, persiapan apa? Persiapan materi buat resepsi 😂

disclaimer : harap baca dengan pikiran jernih. tidak ada maksud judgement apapun kepada siapapun ✌
Thanks to instagram. Menikah jadi muahal cyin.  Menikah zaman sekarang banyak asesorisnya : lamaran pengen pake dekoran lah minimal kadang pake jasa dokumentasi profesional, kalau dulu cuman keluarga sekarang temen satu geng pun di seragamin. Tiap temennya mau nikah ditagih seragamnya mana? Udah tau temennya lagi banyak pengeluaran. Pengantinnya mau ngasih seragam bokek ngga ngasih ngga tega soalnya dibuatin bridal shower sama temen se-geng.

Belum lagi resepsi, anaknya mau sederhana eh ortunya yang pengen begini begitu. Harus sesuai standar lah. Kateringnya begini MUAnya begitu cem macem. Tau-tau out of budget. Bilangnya gapapa lah kan acara sekali seumur hidup.

Bukan maksud hati nyinyir ya. Kalau ada rezekinya silahkan. I would be very happy if your wedding dreams come true. Take notes ya ciwi-ciwi kita itu peer presure-nya tinggi. Temennya begini ingin begini temennya begitu ingin begitu. Padahal kondisi tiap orang tuh beda-beda. Ada yang kata kita mewah da buat dia mah biasa aja segitu teh. Lah kalau kita kondisinya biasa aja pengen sama mewahnya itu mah maksa namanya. Pemaksaan itu selalu ada side effect girls (pernah dibahas salah satu financial adviser @jouska.id dimana ada yang berhutang mendekati 1M untuk pernikahan)

Dulu sebelum menikah pernah ditanya : indah wedding dreams-nya kaya apa sih? Agak bingung jawabnya sih. Yang terbayang saat itu adalah perhelatan sederhana di kebun dengan sedikit tamu bersama keluarga dan sahabat terdekat saja. Biar irit wkwk. Boro-boro dapetin duit buat mewujudkan wedding dreams, tugas akhir aja belum kelar wkwk. Qadarullah, ketemu sama suami malah ketika sedang rusuh sama thesis. Lamaran setelah lulus ketika baru aja ngerasain kerja kurang lebih sebulan. Nikah puyeng budgeting. Alhamdulillah kami satu visi: resepsi itu untuk mengabarkan bahwa kami menikah sehingga tidak ada fitnah kalau kami berduaan, menyuguhkan tamu dengan wajar semampu kami sehingga semua nyaman. Alhamdulillah gerbangnya sudah terlampaui.

Baru gerbang lhoo ya ingat. Jadi yang mau nikah persiapannya baru sebatas persiapan resepsi harap dicatat bahwa persiapannya baru sebatas gerbang.

Pun kami yang masih seumur jagung harus banyak belajar harus banyak membekali diri karena ternyata pernikahan itu sangat menantang. Pernikahan kami dimulai dari drama diri, sulit rasanya berdamai dengan diri : tadinya sibuk diluar terus sekarang lebih banyak waktu di rumah. Menelisik hikmah dibalik setiap kejadian. Ternyata karena kondisi ini jadi mudah bersosialisasi dengan tetangga, jadi aktif di komunitas supaya bermanfaat untuk sesama, sangat luang waktu untuk membaca buku, mencari ilmu dan membagikannya. Kalau mikirin ego bisa bisa berkesimpulan: aku jadi gini gara-gara suami. Tapi tidak mau seperti itu, karena sahabat aku pernah berpesan: bahagia itu masalah penerimaan.

Setelah menerima diri sendiri banyak yang aku sadari. Tujuan utama menikah apa sih? Buat ibadah kan? Jadi evaluasi nih harusnya setelah nikah makin dekat sama Allah.

Trus ada amanah buat ngatur keuangan keluarga, ini ibadah lho kan ada perintahnya menjaga harta suami. Duh belum ada bekal ilmunya. Mulai darimana ya? Karena dulu ngatur duit untuk sendiri ga ada tuh anggaran buat beli sabun cuci wkwk. Kalau ada apa-apa bisa minta tolong sama orangtua, sekarang? Mana bisa.

Terpenting, siapa yang menikah dan tak ingin punya anak? Lalu sadar pengen punya anak tapi sudahkah pantas kami jadi orangtua? Apa yang nanti mau kami wariskan pada anak kami? Yang membuat permata hati kami selamat dunia akhirat? Masih minim ilmu kami jadi orangtua..

Tulisan ini memang ditujukan untuk kalian para single yang telinganya sudah jengah ditanya kapan nikah. Semangat untuk mempersiapkan diri bukan hanya persiapan materi (karena materi juga dibutuhkan) tapi juga persiapan mental dan ilmunya. Sudah siapkah memahami pasangan? Sudahkah siap membimbing/dibimbing pasangan? Sudahkah siap menjadi sebuah team dalam satu keluarga? Sudah siapkah jauh dari orangtua? Sudah siapkah nanti jadi orangtua? Sudah siapkah nanti hidup bertetangga (yang mungkin sifatnya agak kurang menyenangkan)? Kita tidak akan pernah merasa siap maka aksi logis yang perlu kita lakukan adalah terus melakukan persiapan, terarah, menuju kesana, menuju rumah tangga yang mendekatkan kita pada Sang Pencipta. Menikah ataupun belum menikah teruslah belajar sebagai persiapan kita.

Setelah menjalani pernikahan, baru aku pahami makna dari menikah itu menyempurnakan separuh agama. Banyak aktivitas bernilai ibadah yang hanya bisa dilakukan setelah menikah. Catatan untuk diriku untuk terus memperbaiki diri dan untuk sahabat-sahabat yang masih dalam penantian : semangat ya sebelum menggenapkan separuh agama, maksimalkan setengahnya lagi sampai ketemu si dia. Rayu Sang Pemilik Cinta sebelum dirayu si dia*kiw*.

P.S. Kalau ditanya lagi kapan nikah jawab aja lagi persiapan nih doain aja ya wkwk

Jumat, 09 Februari 2018

rezeki tak pernah salah alamat

Purwkerto, 9 Februari 2018
Mungkin ada yg baca judul post ini dengan tanggapan: klasik! Ikhtiar juga perlu! Well, aku pun pernah berpikir demikian. Tapi pandangan itu berubah..
Ceritanya kemarin malam hujan (bukan ujug ujug gaada angin gaada hujan), trus kan jadi dingin yaa ingin yang anget anget gitu. Suami tetiba ngajak nyari wedang ronde, tumben banget kan biasanya kalau ngga masak beli nasgor depan komplek aja muagernya luaaar biasaa.
Singkat cerita, badha isya kami pergi tuh nyari wedang ronde. Seperti biasa, sebagai istri bertugas sebagai co-driver yg tugasnya nyari jalan di maps. Sekalian nyari kedai wedang ronde terdekat. Saking fokusnya nyari tednyata ada kaki lima wedang ronde yg terlewat, deket padahal baru ngeuh pas kelewat, mau berhenti tapi kagok. Ngga terdaftar di google maps sih. Belum rezeki.
Di maps rekomendasi teratasnya 1.5mi. Sambil menuju kesana ternyata ada yg jaraknya 0.5mi aja. Ga mikir panjang langsung kesana. Ronde rohmat namanya. Lokasinya disekitaran kampus unsoed. Turun langsung pesen: "mas wedang ronde dua ya makan disini". Ada tiga menu disini: jahe susu(IDR 5K), wedang ronde(IDR 6K) dan wedang ronde buah(IDR 8K). Harganya ramah kangong sih jadi kami polos aja duduk manis.
Ngobrol ngobrol malem malem makan wedang ronde (itu makan apa minum sih wkwk), di daerah kampus berasa kaya anak ABG . Ngenyangin banget tuh satu mangkoknya ronde rohmat. Beres nongki nongki cantik, bayar dong. Dan inilah percakapan antara suami dan penjualnya:
     suami   : mas, wedang ronde dua?
     penjual : kamis mas
     suami   : ya? (iya trus kalau kamis kenapa?)
     penjual : setiap kamis gratis mas
     suami   : serius nih?
     penjual : iya mas serius
     suami   : serius? alhamdulillah.. makasih mas.
     penjual : iya sama sama mas

Dan kami hanya bisa cengo yang dilanjut tawa cekikikan. Untuk pertama kalinya dalam hidup kami, makan trus gratis gausah bayar gitu wkwk. Di jalan pulang kami diskusi, ya itu namanya rezeki ngga pernah salah alamat. Tetiba ingin keluar nyari yang anget anget padahal jarang banget keluar kalau ga perlu perlu banget. Dan kenapa harus ke ronde rohmat setelah kelewat dua kedai ronde pilihan lainnya.
Alhamdulillah ya Rabb, nikmat-Mu.. Allah menjanjikan mencukupi kebutuhan kita. Seperti halnya ketika hujan kami dicukupi dengan dua mangkok wedang ronde yang hangat. Dan menurutku sih diberi kesempatan untuk berikhtiarnya pun bagian dari rezeki. Diluar kebiasaan, kami berikhtiar pergi keluar untuk mencari kehangatan ketika biasanya mager.
taken from @ronderohmat
Kalau bilang rezeki itu sesuai dengan yang kita ikhtiarkan rasanya sombong ya. Hikmah kejadian semalam adalah manusia harus tetap berikhtiar tapi bagaimana hasilnya ya pasrahkan sama Allah, karena Allah punya skenario terbaik untuk setiap hamba-Nya.
Notes : Terimakasih untuk ronde rohmat, kalau main ke purwokerto boleh lah main kesana sambil follow IG-nya @ronderohmat.

Rabu, 07 Februari 2018

tak sekedar menjadi seorang istri : merenungi keranjang belanja part 2


Purwokerto, 7 Februari 2018

Ngomong tentang mas eko, subuh subuh tadi dapet pesan di whatsapp : Mas Eko Sayur. (Gaul kan mang sayur sini, melek teknologi. Biar bisa request order ๐Ÿ˜)

Kyaa, mas eko libur ๐Ÿ˜ญKetergantungan banget dah sama mas eko, astagfirullah.. Mas Eko libur setiap hari minggu, di hari-hari ketika kesiangan belanja atau memang ada perlu kaya perpanjangan SIM. Malasnya itu berarti kudu banget nih jalan ke pasar pagi-pagi. Ada sih angkot, tapi disini angkotnya lama banget lewatnya, ngga kaya di Bandung yang sambil bersin juga lewat angkot dua ๐Ÿ˜†. Alhamdulillah pasarnya deket cuman 800m dari rumah jadi bolak balik jalan kaki muter-muterin pasar ada kali ya 2km, lumayan olahraga.

Karena abis belanja di pasar ya jadi komparatif plus minus belanja di pasar sama di mas eko. Kadang ada beberapa item yang lebih murah di pasar baso mini contohnya harganya variatif mulai Rp.2.500 sampai Rp.5.000 kalau di mas eko jual yang middle price Rp.4.000. Tempe kalau di pasar yang high quality terbungkus  plastik itu Rp.2.500 gedenya lumayan bisa 3 kali makan. Kalau di mas eko tempe high quality yang terbungkus daus, lebih kecil harganya Rp.3.000 bisa untuk 2 kali makan.

Tapi nih kalau beli di pasar itu kadang kebanyakan, kalau beli sayur disimpan males kan kalau layu, nggak seger. Idealisme seorang istri untuk memastikan makanan yang masuk ke perut suaminya adalah makanan yang segar ๐Ÿ’ช Meskipun suami sudah membelikan kulkas yang kata sales-nya bisa bikin awet sayur buah 7 hari (makasih suamiku ๐Ÿ’•), kami sepakat bahwa hanya perlu kulkas kecil untuk menyimpan keperluan kami - satu hari masak satu hari habis yang paling penting ga boleh ada makanan mubazir.  Meskipun menyimpan bahan makanan di kulkas akan sangat membantu (bahan makanan lho yaa bukan sisa makanan), perlu banget mempelajari dulu yang namanya manajemen penyimpanan kulkas. Berkah silahturahmi → dapet tips dari temen sekelas di SMA : sayur itu boleh disimpan dalam keadaan kering di kulkas.  Pas kemarin beli kangkung satu iket, kebanyakaaan buanyak banget jadi aku cuci, aku angin anginin sebentar, aku potong kecil-kecil deh sebagian dimasukkan ke kulkas di dalam wadah tertutup sebagian lagi aku masak. Daan tadaa terbukti ngga layu dibandingkan langsung nyimpen di kulkas begitu saja. Kapan-kapan deh bahas manajemen kulkas (kalau udah paham ilmunya)

Balik lagi ke evaluasi keranjang belanja : baik belanja di pasar atau belanja di mas eko punya titik kelemahan yang sama yaitu tidak adanya perencanaaan belanja. Penting banget ya merencanakan pembelanjaan sayur? Nampak remeh ya padahaaal...

Alkisah, suatu pagi aku bingung mau masak apa. Inget di kulkas masih ada kacang panjang jadi ingin beli tempe buat ditumis sama kacang panjang. Trus bingung cari padanannya apa yaa, sambil muter nemu tahu ah beli tahu ah buat bikin tahu aci. Lewat liat tongkol yaudah beli tongkol di buat lauknya. Eh ada toge yaudah beli toge, sebelah toge ada tahu sumedang jadi ingin bikin gehu (tahu isi). Pas sampe rumah inget kok ada tahu kuning sama tahun sumedang ya? jadi mau bikin apa? Tahu aci apa gehu? Karena gapake perencanaan lupa deh beli isian gehu-nya. Mau gamau tahu sumedangnya disimpen dulu sampe besok. Kenapa ngga beli besok aja coba kan ya? Tahu sumedang kan harus cepat dieksekusi ๐Ÿ˜ข

Karena kami adalah anti mubazir-mubazir club, hal ini perlu dibicarakan! Akhirnya sepulangnya suami sambil ngeteh ngeteh manjah, hal ini kami diskusikan. Menyusun perencanaan belanja itu harus dimulai dari mau masak apa hari ini. Maka mulainya harus dari mau masak apa hari ini? Kotrat kotret lah kami : masakan apa saja yang sudah bisa dan kira-kira aku buat. 


Dari keranjang belanja ini aku belajar bahwa perencanaan itu penting. Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Bahkan untuk hal sesederhana belanja sayur pun perlu perencanaan. Ini adalah awal, awal untuk berubah dari yang tadinya sekedar koki keluarga menjadi manager gizi keluarga. Bukankah seorang manager juga berkaitan dengan perencanaan?


Selasa, 06 Februari 2018

tak sekedar menjadi seorang istri : merenungi keranjang belanja part 1

Purwokerto, 6 Februari 2018


Yeay, we are officially married for one month ! Alhamdulillah.. 

Sudah sebulan menjadi istri saatnya muhasabah diri, gimana nih peran jadi istrinya? Lucu sih jadi istri wkwk, memang terjadi beberapa perubahan signifikan setelah dipinang oleh kekasih hati ๐Ÿ‘ฐ
  • Dulu, waktu masih gadis, paling males nguprak di dapur lah sekarang di dapur terus. Betah sih soalnya dikasih kado alat masak yang lucu lucu wkwk (pantes aja jadi le-bar).
  • Dulu mah ngurus domestik itu mager luar biasa sekarang dikit dikit ambil sapu wkwk (bukan karena magernya ilang tapi nyapu adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan menunggu suami pulang gengs)
  • Perubahan yang paling signifikan adalah menjadi "wanita penyayang" : sayang kalau makanannya ga habis - mubazir;  sayang uang kalau beli barang ga perlu - boros; ke pasar kaget aja lah  kalau perlu palu doang gausah mahal-mahal sayang uangnya ๐Ÿ˜. Istriable banget kan wanita penyayang wkwk 
Biasanya nih, karena suami yang harus pergi kerja nyubuh, bangun tidur itu nyiapin sarapan dan keperluan suami untuk pergi kerja. Lanjut deh garap pekerjaan domestik sambil nunggu mas eko lewat. Mas eko itu sopo? Let me tell you yaaa, mas eko itu cowok inceran ibu-ibu sekomplek. Jelas lah, mas eko yang membawa sayur segar setiap harinya wkwk. Mas eko ini penjual yang jujur jadi seneng belanjanya kalau dia bawa barang tapi barang kemarin yang kurang seger biasanya dia bilang : "itu barang kemarin mbak, yang baru disini tapi kalau mau yang itu juga boleh". 

Nah ada yang menohok hati ketika berinteraksi dengan mas eko. Salah satu tantangan emak emak rempong tiap hari itu kan tentang masak apa hari ini. Sibuk aja tuh tiap pagi muterin triseda-nya mas eko. Kalau udah nampak puyeng biasanya ditanya sama yang punya triseda masak apa mbak? 
๐Ÿ‘ฉ mau masak sayur ini lauknya apa ya mas? atau mau masak lauk ini sayurnya apa ya? mau masak apa ya hari ini ?  
Pasti deh mas eko nih yang jadi recomender system-nya: "masak A, B sama C aja mbak atau B sama D. biasanya kalau masak A sama B sih tapi masak B pake D juga enak". Trus karena jadi bego mau masak apa diikuti aja itu apa kata mas eko. 

Waktu aku dan suami di meja makan, cerita deh kalau masakan yang tersaji di meja makan adalah rekomendasi dari mas eko. Trus suami komen sambil ketawa : "untung yang ditawarin cuman segini ya, bahaya kalau yang ditawarin banyak pasti dibeli semua". Rada-rada jleb sih, masa kalah sama tukang sayur๐Ÿ˜ข Ternyata ga perlu kuliah pascasarjana untuk menguasai market basket analysis, mang sayur juga bisa.
Market basket analysis merupakan salah suatu permasalahan yang diangkat di dunia sains komputer. Sederhananya menganalisis barang mana yang sering dibeli bareng-bareng, misalnya kalau beli roti seringkali dibarengi dengan beli selainya juga atau sebaliknya. Tujuannya ya buat rekomendasi, sering kan ke mini market trus ditawarin : "pulsanya sekalian mbak?" (sekilas curcol anak informatika)
Jadi ingat perkataan Ibu Septi Peni Wulandani, founder Institut Ibu Profesional yang kira-kira begini lah : "Menjadi seorang ibu itu bukan sekedar menjadi ibu, tapi menjadi manager keluarga. Harus naik level, yang tadinya bertugas menjaga kebersihan rumah harus menjadi manager kebersihan rumah, yang tadinya menjadi koki keluarga harus menjadi manager gizi keluarga". Makjleb mak sebulan menjadi istri belum bisa menjadi manager gizi keluarga, baru bisa jadi koki keluarga ๐Ÿ˜ข

Jadi ini tantangan pertama menjadi seorang istri, level up menjadi manager gizi keluarga! Ceritanya berlanjut ke post berikutnya ya, stay tune!

next post : tak sekedar menjadi seorang istri : merenungi keranjang belanja part 2