Tampilkan postingan dengan label ibuprofesional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibuprofesional. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Februari 2018

tak sekedar menjadi seorang istri : merenungi keranjang belanja part 2


Purwokerto, 7 Februari 2018

Ngomong tentang mas eko, subuh subuh tadi dapet pesan di whatsapp : Mas Eko Sayur. (Gaul kan mang sayur sini, melek teknologi. Biar bisa request order 😝)

Kyaa, mas eko libur 😭Ketergantungan banget dah sama mas eko, astagfirullah.. Mas Eko libur setiap hari minggu, di hari-hari ketika kesiangan belanja atau memang ada perlu kaya perpanjangan SIM. Malasnya itu berarti kudu banget nih jalan ke pasar pagi-pagi. Ada sih angkot, tapi disini angkotnya lama banget lewatnya, ngga kaya di Bandung yang sambil bersin juga lewat angkot dua 😆. Alhamdulillah pasarnya deket cuman 800m dari rumah jadi bolak balik jalan kaki muter-muterin pasar ada kali ya 2km, lumayan olahraga.

Karena abis belanja di pasar ya jadi komparatif plus minus belanja di pasar sama di mas eko. Kadang ada beberapa item yang lebih murah di pasar baso mini contohnya harganya variatif mulai Rp.2.500 sampai Rp.5.000 kalau di mas eko jual yang middle price Rp.4.000. Tempe kalau di pasar yang high quality terbungkus  plastik itu Rp.2.500 gedenya lumayan bisa 3 kali makan. Kalau di mas eko tempe high quality yang terbungkus daus, lebih kecil harganya Rp.3.000 bisa untuk 2 kali makan.

Tapi nih kalau beli di pasar itu kadang kebanyakan, kalau beli sayur disimpan males kan kalau layu, nggak seger. Idealisme seorang istri untuk memastikan makanan yang masuk ke perut suaminya adalah makanan yang segar 💪 Meskipun suami sudah membelikan kulkas yang kata sales-nya bisa bikin awet sayur buah 7 hari (makasih suamiku 💕), kami sepakat bahwa hanya perlu kulkas kecil untuk menyimpan keperluan kami - satu hari masak satu hari habis yang paling penting ga boleh ada makanan mubazir.  Meskipun menyimpan bahan makanan di kulkas akan sangat membantu (bahan makanan lho yaa bukan sisa makanan), perlu banget mempelajari dulu yang namanya manajemen penyimpanan kulkas. Berkah silahturahmi → dapet tips dari temen sekelas di SMA : sayur itu boleh disimpan dalam keadaan kering di kulkas.  Pas kemarin beli kangkung satu iket, kebanyakaaan buanyak banget jadi aku cuci, aku angin anginin sebentar, aku potong kecil-kecil deh sebagian dimasukkan ke kulkas di dalam wadah tertutup sebagian lagi aku masak. Daan tadaa terbukti ngga layu dibandingkan langsung nyimpen di kulkas begitu saja. Kapan-kapan deh bahas manajemen kulkas (kalau udah paham ilmunya)

Balik lagi ke evaluasi keranjang belanja : baik belanja di pasar atau belanja di mas eko punya titik kelemahan yang sama yaitu tidak adanya perencanaaan belanja. Penting banget ya merencanakan pembelanjaan sayur? Nampak remeh ya padahaaal...

Alkisah, suatu pagi aku bingung mau masak apa. Inget di kulkas masih ada kacang panjang jadi ingin beli tempe buat ditumis sama kacang panjang. Trus bingung cari padanannya apa yaa, sambil muter nemu tahu ah beli tahu ah buat bikin tahu aci. Lewat liat tongkol yaudah beli tongkol di buat lauknya. Eh ada toge yaudah beli toge, sebelah toge ada tahu sumedang jadi ingin bikin gehu (tahu isi). Pas sampe rumah inget kok ada tahu kuning sama tahun sumedang ya? jadi mau bikin apa? Tahu aci apa gehu? Karena gapake perencanaan lupa deh beli isian gehu-nya. Mau gamau tahu sumedangnya disimpen dulu sampe besok. Kenapa ngga beli besok aja coba kan ya? Tahu sumedang kan harus cepat dieksekusi 😢

Karena kami adalah anti mubazir-mubazir club, hal ini perlu dibicarakan! Akhirnya sepulangnya suami sambil ngeteh ngeteh manjah, hal ini kami diskusikan. Menyusun perencanaan belanja itu harus dimulai dari mau masak apa hari ini. Maka mulainya harus dari mau masak apa hari ini? Kotrat kotret lah kami : masakan apa saja yang sudah bisa dan kira-kira aku buat. 


Dari keranjang belanja ini aku belajar bahwa perencanaan itu penting. Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Bahkan untuk hal sesederhana belanja sayur pun perlu perencanaan. Ini adalah awal, awal untuk berubah dari yang tadinya sekedar koki keluarga menjadi manager gizi keluarga. Bukankah seorang manager juga berkaitan dengan perencanaan?


Selasa, 06 Februari 2018

tak sekedar menjadi seorang istri : merenungi keranjang belanja part 1

Purwokerto, 6 Februari 2018


Yeay, we are officially married for one month ! Alhamdulillah.. 

Sudah sebulan menjadi istri saatnya muhasabah diri, gimana nih peran jadi istrinya? Lucu sih jadi istri wkwk, memang terjadi beberapa perubahan signifikan setelah dipinang oleh kekasih hati 👰
  • Dulu, waktu masih gadis, paling males nguprak di dapur lah sekarang di dapur terus. Betah sih soalnya dikasih kado alat masak yang lucu lucu wkwk (pantes aja jadi le-bar).
  • Dulu mah ngurus domestik itu mager luar biasa sekarang dikit dikit ambil sapu wkwk (bukan karena magernya ilang tapi nyapu adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan menunggu suami pulang gengs)
  • Perubahan yang paling signifikan adalah menjadi "wanita penyayang" : sayang kalau makanannya ga habis - mubazir;  sayang uang kalau beli barang ga perlu - boros; ke pasar kaget aja lah  kalau perlu palu doang gausah mahal-mahal sayang uangnya 😝. Istriable banget kan wanita penyayang wkwk 
Biasanya nih, karena suami yang harus pergi kerja nyubuh, bangun tidur itu nyiapin sarapan dan keperluan suami untuk pergi kerja. Lanjut deh garap pekerjaan domestik sambil nunggu mas eko lewat. Mas eko itu sopo? Let me tell you yaaa, mas eko itu cowok inceran ibu-ibu sekomplek. Jelas lah, mas eko yang membawa sayur segar setiap harinya wkwk. Mas eko ini penjual yang jujur jadi seneng belanjanya kalau dia bawa barang tapi barang kemarin yang kurang seger biasanya dia bilang : "itu barang kemarin mbak, yang baru disini tapi kalau mau yang itu juga boleh". 

Nah ada yang menohok hati ketika berinteraksi dengan mas eko. Salah satu tantangan emak emak rempong tiap hari itu kan tentang masak apa hari ini. Sibuk aja tuh tiap pagi muterin triseda-nya mas eko. Kalau udah nampak puyeng biasanya ditanya sama yang punya triseda masak apa mbak? 
👩 mau masak sayur ini lauknya apa ya mas? atau mau masak lauk ini sayurnya apa ya? mau masak apa ya hari ini ?  
Pasti deh mas eko nih yang jadi recomender system-nya: "masak A, B sama C aja mbak atau B sama D. biasanya kalau masak A sama B sih tapi masak B pake D juga enak". Trus karena jadi bego mau masak apa diikuti aja itu apa kata mas eko. 

Waktu aku dan suami di meja makan, cerita deh kalau masakan yang tersaji di meja makan adalah rekomendasi dari mas eko. Trus suami komen sambil ketawa : "untung yang ditawarin cuman segini ya, bahaya kalau yang ditawarin banyak pasti dibeli semua". Rada-rada jleb sih, masa kalah sama tukang sayur😢 Ternyata ga perlu kuliah pascasarjana untuk menguasai market basket analysis, mang sayur juga bisa.
Market basket analysis merupakan salah suatu permasalahan yang diangkat di dunia sains komputer. Sederhananya menganalisis barang mana yang sering dibeli bareng-bareng, misalnya kalau beli roti seringkali dibarengi dengan beli selainya juga atau sebaliknya. Tujuannya ya buat rekomendasi, sering kan ke mini market trus ditawarin : "pulsanya sekalian mbak?" (sekilas curcol anak informatika)
Jadi ingat perkataan Ibu Septi Peni Wulandani, founder Institut Ibu Profesional yang kira-kira begini lah : "Menjadi seorang ibu itu bukan sekedar menjadi ibu, tapi menjadi manager keluarga. Harus naik level, yang tadinya bertugas menjaga kebersihan rumah harus menjadi manager kebersihan rumah, yang tadinya menjadi koki keluarga harus menjadi manager gizi keluarga". Makjleb mak sebulan menjadi istri belum bisa menjadi manager gizi keluarga, baru bisa jadi koki keluarga 😢

Jadi ini tantangan pertama menjadi seorang istri, level up menjadi manager gizi keluarga! Ceritanya berlanjut ke post berikutnya ya, stay tune!

next post : tak sekedar menjadi seorang istri : merenungi keranjang belanja part 2